Development Strategy of Masoi (Cryptocarya massoia (Oken) Kosterm.) as Non-Timber Forest Products in Teluk Bintuni, West Papua With SWOT Analysis

##plugins.themes.bootstrap3.article.main##

Baharinawati Wilhan Hastanti Baharinawati
Relawan Kuswandi Relawan
Julanda Noya Julanda

摘要

Non-timber forest products (NTFPs) are forest resources which have comparative advantage and in direct contact with the community. Masoi (Cryptocarya masoia) is one of mainstay Papua NTFPs. This essential oil that produced through bark distillation, used as aromatic raw materials for food, medicines, perfume,s and aromatherapy. The demands of masoi oil are high for domestic and foreign market. This study aimed to formulate development strategy of masoi as non-timber forest products in Teluk Bintuni regency, Papua Barat Province, by identifying external factors (Opportunities, threats) and internal factors (strengths, weaknesses). The research applied SWOT analysis methods by identifying external factors (EFAS) and internal factors (IFAS) as strength, weaknesses, opportunities, and threats. Based on SWOT analysis which conducted by calculate score of external factors and internal factors, the suitable strategy was WO strategy which utilized opportunities to suppress the weaknesses at third quadrant. The third quadrant tended turn around by 1). Socialization and training of masoi cultivation on indigenous people, 2). Legal Counseling to increase legal awareness of the community to overcome land disputes.

##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

Articles

Alting, H. (2011). Penguasaan tanah masyarakat hukum adat. Jurnal Dinamika Hukum, 11(1), 87–98.

BPS. (2014). Kabupaten Teluk Bintuni dalam Angka. Teluk Bintuni: BPS Teluk Bintuni.

Bustaman, S. (2011). Potensi pengembangan minyak daun cengkeh sebagai komoditas ekspor Maluku. Jurnal Litbang Pertanian, 30(4), 132–139.

Charina, A., Mukti, G. W., & Andriani, R. (2012). Kajian bisnis sosial pedagang perantara di dalam upaya pengembangan holtikultura di Jawa Barat. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 1(1), 33–51.

Choiria, I., Hanafi, I., & Rozikin, M. (2012). Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sebagai upaya meningkatkan pendapatan masyarakat di KPH Nganjuk. Jurnal Administrasi Publik (JAP), 3(12), 2112–2117.

Deda, A. J., & Mofu, S. S. (2014). Masyarakat hukum adat dan hak ulayat di Provinsi Papua Barat sebagai orang asli Papua ditinjau dari sisi adat dan budaya sebuah kajian etnografi kekinian. Jurnal Administrasi Publik, 11(2).

Dewi, I., Rizal, A. H., & Kusumedi, P. (2012). Kajian keterlibatan multipihak dalam pelaksanaan peraturan perundangan mengenai hutan lindung di Kabupaten Pangkep. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 9(1), 11–22.

Fitriani, R. (2014). Penyelesaian sengketa lahan hutan melalui proses mediasi di Kabupaten Siak. Jurnal Ilmu Hukum, 3(1), 1-23.

Jatmiko, A., Sadono, R., & Faida, L. (2012). Analisis kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan menggunakan multikriteria di Kalikajar, Wonosobo, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Kehutanan, VI(1), 30–44.

Juliarti, A. (2013). Pemanfaatan HHBK dan identifikasi tanaman obat di areal Cagar Biosfir Giam Siak Kecil, Bukit Batu Siak. Jurnal Hutan Tropis, 1(1), 9–16.

Kamun, Y., Ritohardoyo, S., Santosa, L., & Su Ritohardoyo dan Langgeng Wahyu Santosa, I. (2010). Kajian potensi air rawa dan kearifan lokal sebagai dasar pengelolaan air rawa yomoth sebagai sumber air bersih di Agats, Asmat, Papua. Jurnal MGI, 24(2), 157–173.

Kuswandi, R. (2015). Mengenal Masoi (Cryptocarya spp.). Manokwari: Balai Penelitian Kehutanan Manokwari

Lambelanova, R. (2017). Implementasi kebijakan otonomi daerah bidang pendidikan, kesehatan, dan perekonomian di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Sosiohumaniora, 19(2), 185–198.

Lewerissa, E. (2015). Interaksi masyarakat sekitar hutan terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan di Desa Wangongira, Kecamatan Tobelo Barat. Jurnal Agroforestri, X(1), 10–20.

Maryudi, A. (2016). Arah tata hubungan kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Indonesia. Jurnal Ilmu Kehutanan, 10(1), 57–64.

Moko, H. (2008). Menggalakkan hasil hutan bukan kayu sebagai produk unggulan. Informasi Teknis Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, 6(2), 1–5.

Nugroho, B. (2010). Pembangunan kelembagaan pinjaman dana bergulir hutan rakyat. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, XVI(3), 118–125.

Palmolina, M. (2014). Peranan hasil hutan bukan kayu dalam pembangunan hutan kemasyarakatan di Perbukitan Menoreh (Studi Kasus di Desa Hargorejo, Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta). Jurnal Ilmu Kehutanan, 8(2), 117–127.

Purwantari, N. (2016). Revitalisasi perbenihan tanaman pakan ternak di Indonesia. Jurnal Wartazoa, 26(1), 1–8.

Rahman, D., Elwamendri, & Damayanti, Y. (2014). Analisis tataniaga pinang (Areca catechu) pada pasar produsen di Muara Sabak Timur, Tanjung Jabung Timur. Sosio Ekonomika Bisnis, 17(2), 1–11.

Rangkuti, F. (2009). Teknik Membedah Kasus Bisnis, Reorientasi Konsep Prencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Tama.

Rifki, M. (2017). Ladang Berpindah dan Model Pengembangan Pangan Indonesia. dalam Abraham Lomi (ed), Nasional Inovasi dan Aplikasi Teknologi 2017 (p. E22.1-E22.8). Malang: Institut Teknologi Nasional.

Salaka, F. J., Nugroho, B., & Nurrochmat, D. R. (2012). Strategi kebijakan pemasaran hasil hutan bukan kayu di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 9(1), 50–65.

Senoaji, G. (2011). Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan lindung bukit daun di Bengkulu. Jurnal Sosiohumaniora, 13(1), 1–17. Retrieved from http://jurnal.unpad.ac.id/sosiohumaniora/article/viewFile/5458/2820

Setiawan, H., & Qiptiyah, M. (2014). Kajian etnobotani masyarakat adat Suku Moronene di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Jurnal Wallacea, 3(2), 107–117.

Stevan, J., Alamsyah, Z., & Nainggolan, S. (2015). Analisis efektivitas pasar lelang karet di Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Jurnal Sosio Ekonomika Bisnis, 18(1), 32–42.

Supanggih, D., & Widodo, D. S. (2013). Aksesibitas petani terhadap lembaga keuangan (Studi kasus pada petani di Desa Sidodadi Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Agriekonomika, 2(2).

Supriono, A., Bowo, C., Kosasih, A. S., & Herawati, T. (2013). Strategi penguatan kapasitas kelompok tani hutan rakyat di Kabupaten Situbondo. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 10(3), 139–146.

Susilowati. (2015). Konflik tenurial dan sengketa tanah kawasan hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani. Jurnal Repertorium, (3), 143–151.

Tanjung, R., Suharno, H., & Kalor, D. (2012). Analisis potensi hasil hutan bukan kayu di kawasan hutan Kampung Pagai Airu Kabupaten Jayapura. Jurnal Biologi Papua, 4(2), 54–62.

Torres-Rojo, J. M., Moreno-Sánchez, R., Martín, &, & Mendoza-Briseño, A. (2016). Sustainable Forest Management in Mexico. Curr Forestry Rep, 2, 93–105. https://doi.org/10.1007/s40725-016-0033-0

Wibowo, G. (2013). Analisis kebijakan pengelolaan hasil hutan bukan kayu di NTB dan NTT. Jurnal Hukum dan Pembangunan, 43(2), 197–224.

Yunita, Riswani, Fatrianti, Y., Hendrixon, & Martiaty, N. (2014). Meningkatkan penguatan kelembagaan dan permodalan petani lahan lebak Sumatera Selatan. dalam Siti Herlinda (ed), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal (pp. 482–498). Palembang: Universitas Sriwijaya.

Yuwariah, Y. (2015). Potensi Agroforestry untuk Meningkatkan Pendapatan, Kemandirian Bangsa dan Kualitas Lingkungan. dalam Encep Rahman (ed), Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2015 (pp. 3–21). Ciamis: Balai Penelitian Teknologi Agroforestri.

Zamil, Y., Faizal, P., & Afriana, A. (2013). Penyuluhan hukum terhadap masyarakat tentang pendaftaran tanah sebagai upaya peningkatan taraf hidup masyarakat di Desa Batu Karas dan Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis. Jurnal Aplikasi Iptek Untuk Masyarakat, 2(1), 65–70.